|
Danau Kelimutu |
Cerita Rakyat Ende Lio Tentang Danau Kelimutu atau Danau Tiga Warna: Misteri Air 3 Warna Di Danau Kelimutu
CERITA RAKYAT ENDE LIO tentang Misteri Air 3 Warna Di Danau Kelimutu
Siapa yang tidak kenal dengan Danau Kelimutu dengan air 3 warna yang sangat indah dan mengagumkan diujung Timur Indonesia ini. Setiap harinya banyak wisatawan lokal maupun mancanegara datang melihat keindahan danau kelimutu ini.
Anehnya, selama ini sebagian dari kita hanya menikmati keindahan alam dan keeksotisan air di Danau Kelimutu saja tanpa berfikir sebenarnya apa yang membuat fenomena ini terjadi. Terkadang saking asiknya kita bahkan lupa melihat sejarah dari danau ini.
Tahukah Sobat bahwa dibalik keindahan Danau Kelimutu ini ternyata menyimpan banyak kisah misteri yang tidak banyak orang tahu.
Dikesempatan ini belajar kreatif akan bagikan sekilas tentang Kisah Sejarah Danau Kelimutu, di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
Kisah ini dimulai tepatnya di puncak gunung Kelimutu yg disebut Bhua Ria (hutan lebat yang selalu berawan).
Cerita Rakyat Ende Lio Tentang Danau Kelimutu atau Danau Tiga Warna: Misteri Air 3 Warna Di Danau Kelimutu: Bermukim Konde Ratu bersama rakyatnya
Di kalangan rakyat kala itu, terdapat dua tokoh yg sangat disegani, yaitu Ata Polo si tukang sihir jahat dan kejam yg suka memangsa manusia, dan Ata Bupu yg dihormati karena sifatnya yg berbelas kasih serta memiliki penangkal sihir Ata Polo.
Walaupun memiliki kekuatan gaib yg tinggi dan disegani masyarakat, keduanya berteman baik serta tunduk dan hormat kepada Konde Ratu. Ata Bupu dikenal sebagai petani yg memiliki ladang kecil di pinggir Bhua Ria, sedangkan Ata Polo lebih suka berburu mangsa berupa manusia di seluruh jagat raya.
Pada masa itu, kehidupan di Bhua Ria berlangsung tenang dan tenteram, sampai kedatangan sepasang Ana Kalo (anak yatim piatu) yg meminta perlindungan Ata Bupu karena ditinggal kedua orang tuanya ke alam baka. Karena sifatnya yg berbelas kasih, permintaan kedua anak yatim piatu tersebut dikabulkan oleh Ata Bupu namun dengan satu syarat, yaitu mereka harus menuruti nasehatnya untuk tidak meninggalkan areal ladangnya agar tidak dijumpai dan dimangsa oleh Ata Polo.
Pada suatu hari, Ata Polo datang menjenguk Ata Bupu di ladangnya. Setibanya di ladang Ata Bupu, Ata Polo mencium bau menusuk (bau mangsa) dalam pondok Ata Bupu. Segera meleleh air liur Ata Polo yg kemudian hendak mencari mangsanya di dalam pondok tersebut. Niat jahat Ata Polo tersebut diketahui oleh Ata Bupu yg segera menahan langkah Ata Polo sambil menyarankan kepadanya untuk datang kembali kelak setelah anak-anak tersebut sudah dewasa, karena saat ini mereka masih anak-anak, lagi pula dagingnya tentu tidak sedap untuk disantap.
Saran ini diterima oleh Ata Polo, yg kemudian pergi meninggalkan Ata Bupu yg sedang kebingungan memikirkan cara terbaik menyelamatkan dua anak manusia tadi.
Ancaman Ata Polo tadi begitu menakutkan bagi kedua anak manusia tersebut, sehingga ketika mereka mulai beranjak remaja atau menjadi Ko’ofai (gadis muda) dan Nuwa Muri (pemuda), mereka memohon izin pada Ata Bupu untuk mencari tempat persembunyian di gua-gua yg ada di luar ladang Ata Bupu.
Mereka akhirnya berhasil menemukan sebuah gua yg terlindung tumbuhan rotan dan akar beringin.
Ketika tiba saatnya, sesuai waktu yg telah disepakati, Ata Polo mendatangi pondok Ata Bupu untuk menagih janji. Namun karena ketika tiba di pondok Ata Bupu, dilihatnya kedua anak tersebut tidak berada di tempat, maka Ata Polo pun marah dan menyerang Ata Bupu dengan ganasnya. Menanggapi serangan Ata Polo yg tidak main-main, Ata Bupu segera membalas serangan itu dengan ilmu andalannya “magi puti” untuk menangkal “magi hitam” Ata Polo. Pada awalnya perkelahian keduanya berjalan seimbang karena keduanya memiliki ilmu yg tinggi dan setingkat.
Namun, lama kelamaan tenaga Ata Bupu yg sudah tua kian melemah, sementara gempuran semburan api Ata Polo semakin gencar dan menjadi-jadi. Ata Bupu hanya bisa mengelak dengan gempa bumi. Akibatnya timbul gempa bumi dan kebakaran besar hingga kaki gunung Kelimutu. Ketika merasa tak mampu lagi menandingi kekuatan Ata Polo, Ata Bupu memutuskan untuk raib ke perut bumi. Akibatnya Ata Polo menjadi semakin murka dan menggila.
Ketika mencim bau dua remaja yg tengah bersembunyi di dalam gua, Ata Polo pun bertambah beringas. Namun takdir akhirnya menentukan bahwa Ata Polo harus tewas di telan bumi karena sepak terjangnya yg kelewatan. Kedua remaja yg tengah bersembunyi juga turut menjadi korban. Gua tempat persembunyian Ko’ofai dan Nuwa Muri runtuh akibat gempa dan menguburkan keduanya hidup-hidup.
Beberapa saat setelah kejadian itu, ditempat Ata Bupu raib ke perut bumi, timbul danau berwarna biru. Di tempat Ata Polo tewas ditelan bumi terbentuk danau yg warna airnya merah darah yg selalu bergolak. Sedangkan di tempat persembunyian Ko’ofai dan Nuwa Muri, terbentuk sebuah danau dengan warna air hijau tenang.
Ketiga danau berwarna tersebut, masing-masing oleh masyarakat setempat diberi nama sesuai dengan sejarah terbentuknya tadi, yaitu Tiwu Ata Polo (dipercayai sebagai danau tempat berkumpulnya arwah-arwah para tukan tenung atau orang jahat yg meninggal), Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai (dipercayai sebagai danau tempat berkumpulnya arwah muda mudi yg meninggal), dan Tiwu Ata Mbupu (dipercayai sebagai danau tempat berkumpulnya arwah-arwah para tetua yg sudah meninggal).
Cerita Rakyat Ende Lio Tentang Danau Kelimutu atau Danau Tiga Warna: Misteri Air 3 Warna Di Danau Kelimutu: Pesona Danau Kelimutu Dengan Air 3 Warna Yg Sangat Indah
Danau Kelimutu atau yg lebih dikenal dengan nama Danau Tiga Warna terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Pada April 2015 Danau Kelimutu mengalami perubahan warna, setelah peristiwa serupa juga pernah terjadi dua tahun silam.
Perubahan warna pada 3 danau ini dipengaruhi oleh aktivitas mineral vulkanis Gunung Kelimutu. Danau Ata Polo yg semula berwarna hijau, berganti warna menjadi cokelat kemerahan. Danau Nuamuri Ko’o Fai yg berwarna toska berubah menjadi putih susu.
Sementara Danau Ata Mbupu yg tercatat jarang berubah warna, kini menampakkan warna hijau yg semula berwarna hitam. Tercatat sejak 1915, ketiga danau tersebut mengalami beberapa kali perubahan warna dengan jumlah yg bervariasi.
Perubahan warna pada ketiga danau menjadi pertanda ilmiah bagi fluktuasi aktivitas vulkanis Gunung Kelimutu.
itulah Cerita Rakyat Ende Lio tentang danau 3 warna
Sekilas Tentang Gunung Kelimutu
Gunung Kelimutu memiliki ketinggian 1.639 meter atau 5.377 kaki di atas permukaan laut di desa Pemo, Kecamatan kelimutu, Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Gunung Kelimutu memiliki tiga danau kawah di atasnya.
Danau ini dikenal sebagai Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Namun, warnanya selalu berubah seiring perjalanan waktu. Kelimutu adalah gunung berapi yang terus meletus yang pertama kali ditemukan oleh Van Such Telen yang merupakan warga negara Belanda pada tahun 1915.
Danau kawah di Gunung Kelimutu memiliki 3 macam warna yang berbeda satu sama lain. Ada yang merah, biru, dan putih. Danau kawah memiliki luas sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume 1.292 juta meter kubik. Ketinggian dinding antara 50 dan 150 meter. Dinding danau kawah diklasifikasikan sebagai curam karena memiliki kemiringan 70 derajat.
Ketiga danau kawah Kelimutu (Tiwu Ata Polo, Tiwu Ata Mbupu, dan Tiwu Nua Muri Koohi Fah) hadir dalam warna yang berbeda dari letusan Flores pada tahun 1886, pertama kali warnanya adalah: biru, merah, dan putih. Tiga warna bertahan lama hingga 1969, ketika Gunung Iya dekat Ende meletus, dan sejak itu danau-danau Kelimutu secara berkala suka berganti warna. Kadang warnanya biru-hijau, hitam, dan merah. Beberapa dua puluh tahun sebelumnya warna: biru muda, merah tua, dan hijau-menyala.
Taman Nasional Kelimutu juga menyimpan berbagai jenis burung cantik yang tercatat hampir punah. Selain itu, flora di Taman Nasional Kelimutu sama-sama mengasyikkan seperti taman nasional lainnya, meski tidak luas, tetapi keindahan dan keunikan menjadi daya tarik utama dan sayang untuk di lewatkan.
Tarif masuk kawasan Taman Nasional Kelimutu bagi pengunjung domestik akan dikenakan tarif sebesar 5.000 rupiah dan 150.000 rupiah untuk pengunjung mancanegara. Dan untuk biaya tambahan parkir kendaraan, untuk motor dikenakan 5.000 rupiah sedangkan untuk mobil dikenakan tarif 10.000 rupiah.