Sejarah Asal-Usul Nenek Moyang Orang Timor Berasal Dari Tiongkok Suku Hakka
Asal-usul nenek moyang menurut pendapat para antropolog Kapan dan dari mana nenek moyang kita datang merupakan peristiwa penting dalam sejarah terbentuknya suatu daerah.
Hal ini karena keberadaan kita di suatu wilayah saat ini perlu kita ketahui.
Menurut para antropolog, nenek moyang pertama tiba di Timor, sekitar 4.000 sampai 30.000 sebelum Masehi. Asal usulnya berasal dari Vedo-Australoide, mirip degan Weda dari Sri Lanka.
Gelombang kedua, yang tiba sekitar 3.000 sebelum Masehi. Asal-usulnya berasal dari Melanesia, mirip dengan yang hidup saat ini di Papua Nugini dan beberapa Kapulauan Pasifik.
Sedangkan gelombang ketiga, datang ke Timor sekitar 2.000 sebelum Masehi. Gelombang ketiga ini, asal usulnya berasal dari ‘Port-Melayu” yang berasal dari Tiongkok Selatan dan Indocina Utara. Orang Tiongkok yang ada di Timor, berasal dari Suku Hakka, salah satu komunitas perdagangan yang amat penting di Tiongkok.
Artinya, orang-orang Tiongkok yang berada di daratan Timor, termasuk Flores saat ini dari sejarahnya berasal dari suku Hakka itu. Dan orang-orang Tiongkok dari suku Hakka ini, di Indonesia tersebar di Surabaya, Bandung, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Jakarta, dan lain-lain.
Atas keyakinan inilah pernah terjadi saling kunjung di masa lalu, bahkan hingga kini masih terus terjadi saling kunjung antara raja-raja Timor dengan raja-raja dari daerah lain yang dalam sejarahnya masih memiliki darah keturunan Tiongkok, dari suku Hakka ini, seperti raja-raja Timor dan raja di Bangka Belitung atau Pangkalpinang yang terus saling berkunjung.
Karena orang-orang atau para leluhur orang Timor itu datang bergelombang, maka para pendatang baru biasanya selalu membentuk kelompok-kelompok sendiri, terpisah dengan kelompok-kelompok lama. Mungkin karena sifat pegunungan itu, maka para pendatang baru umumnya mencari tempat pegunungan untuk meneruskan kehidupannya.
Sehingga, terjadi dan terciptalah komunitas-komunitas kecil di hampir seluruh daratan Timor. Ini pula yang menjadi alasan mengapa di Timor terdapat begitu banyak suku dengan raja-raja kecilnya, sekaligus memiliki bahasa-bahasa daerah yang berbeda-beda.
Suku-suku kecil dengan raja-raja kecil yang jumlahnya sangat banyak itulah yang kemudian menjadi latar belakang mengapa di Pulau Timor, termasuk Flores, Sumba, Alor, dan pulau-pulau di sekitarnya memiliki masyarakat dengan aneka macam bahasa yang beragam dan berbeda.
Satu Nenek Moyang Terutama Flobamora
Secara garis besar, nenek moyang orang-orang Timor (Timor Barat dan Timor Timur), sama dengan nenek moyang orang-orang Flores, Sumba, Timor dan Alor, yang biasa disingkat dengan sebutan Flobamora. Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari masyarakat yang tergabung dalam Flobamora ini. Itu dapat dilihat dari banyaknya suku dengan raja-raja kecil dan bahasa yang berbeda di daerah kepulauan itu, dengan sosok dan wajah yang sangat mirip.
Dan jika ditelaah dan dirunut lebih saksama, kedatangan orang-orang Timor itu, tidak jauh berbeda dengan nenek moyang Indonesia secara keseluruhan. Itu dapat dilihat dari hasil penelitian para antropolog tentang kedatangan bangsa Indonesia yang terjadi secara bergelombang.
Bahwasanya, kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia diperkirakan terjadi pada tahun 4.000 atau 3.000 tahun sebelum Masehi. Pada gelombang ini, diperkirakan berasal dari Austroloide yang juga mirip dengan Sri Lanka.
Kemudian, terjadi pada gelombang berikut sekitar tahun 2.000 SM. Kedatangan nenek moyang kita pada sekitar tahun itu diperkirakan berasal dari Tiongkok Selatan, seperti daerah Yunan. Juga diperkirakan nenek moyang kita itu berasal dari Vietnam.
Nenek moyang kita yang datang pada gelombang ini langsung terpencar ke berbagai kepulauan di Nusantara. Kelompok pertama meneruskan perjalanan dan berlayar sampai Malaka, Pulau Jawa, Bali dan tempat-tempat lain, seperti di Kalimantan Barat. Dan kelompok lain yang datang pada gelombang ini berlayar ke arah perairan Laut China Selatan ke Filipina, Sulawesi, Maluku, hingga ke Papua.
Nenek moyang kita yang berasal dari gelombang ini berlayar sampai ke Malaka, Sumatera, Jawa, dan Bali. Mereka diperkirakan termasuk ras Mongoloid. Mereka inilah yang membawa dan menyebarkan beliung atau kapak per segi ke berbagai daerah tersebut. Dan nenek moyang yang berasal dari ras Mongoloid ini umumnya hidup bercocok tanam atau bertani.
Sedangkan kelompok kedua dari gelombang ini, berlayar ke Sulawesi, Maluku, Irian, dan sekitarnya adalah orang-orang dari ras Austro Melanesoid. Mereka inilah yang membawa dan menyebarkan kapal lonjong. Kapak lonjong ini umumnya menyebar di Indonesia bagian Timur, seperti Timor, Flores, Sumba, Alor, hingga ke Pulau Ambon dan Maluku.
Sedangkan, kedatangan nenek moyang Indonesia terjadi pada sekitar tahun 1.000 sampai 5.00 SM. Berdasarkan penelitian para antropolog, nenek moyang Indonesia yang berasal dari gelombang ketiga ini, adalah orang-orang Austronesia. Mereka bergerak dari Tonkin terus melewati Malaka (Malaysia) barat, Kalimantan Selatan dan sekitarnya.
Orang-orang Yunan atau Tonkin yang termasuk rumpun bangsa Austranesia, baik itu ras Mongoloid maupun Austro Melanesoid, baik yang datang pada gelombang pertama maupun yang datang pada gelombang kedua, dan ketiga, menetap di kepulauan-kepulauan Indonesia. Mereka bercampur baur membentuk komunitas - komunitas di kepulauan - kepulauan Indonesia.
Nenek moyang Indonesia dari Austronesia kerap disebut juga sebagai bangsa Magalayo-Polynesia atau wiayah kepulauan yang terbentang luas mulai dari Madagaskar di sebelah barat sampai Pulau Hawai dan Pulau Paskah di sebelah timur dan dari Jepang di sebelah utara sampai dengan Pulau-pulau Selandia Baru di sebelah selatan.
Portugis sampai di Timor
Timor Timur, atau Timor Leste atau Timor Lorosae yang kini telah menjadi Negara sendiri, itu benar-benar bersaudara kandung dengan saudara-saudara di Timor Barat. Dan berdasarkan sejarah singkat yang dituturkan di atas, orang-orang Timor dan orang-orang di Indonesia seluruhnya,terutama di Flobamora itu bersaudara, yang berasal dari leluhur yang sama yang ribuan tahun lalu datang mengembara di Indonesia.
Dan seperti diketahui, Timor Timur, dalam sejarahnya diduduki, dikuasai dan dijajah oleh bangsa Portugis hingga tahun 1975. Bangsa Portugis datang ke Timor Timur sekitar tahun 1515.
Setelah itu, berintegrasi dengan Indonesia, alias bersatu dan bersenasib dengan saudara sekandung di Timor Barat, Flores, Sumba, Alor dan orang-orang Indonesia seluruhnya. Suatu bentuk reuni yang sangat indah sebenarnya. sumber: Mediakupang.
Disclaimer : Artikel ini telah tayang di Netralnews dengan Judul, "Kisah Timor Leste dengan Saudara Kandungnya Indonesia.