Rai Hawu: Belanda dan Majapahit Di Sabu

 

PEMERINTAHAN BELANDA DI SABU

Jejak Belanda dan Majapahit Di Sabu


Rai Hawu - Sabu Raijua

Pulau Sabu juga dikenal dengan sebutan Sawu atau Hawu. Penduduk di pulau ini sendiri menyebut pulau mereka dengan sebutan Rai Hawu yang artinya "Tanah dari Hawu". Nama resmi dalam tata pemerintahan ada "Sabu". Sementara itu, Orang Sabu sendiri menyebut diri mereka dengan sebutan "Do Hawu". 



Masyarakat Sabu menerangkan bahwa nama pulau itu berasal dari nama "Hawu Ga", yakni nama salah satu leluhur orang Sabu yang dianggap mula-mula tinggal di pulau tersebut.

Belanda di Sabu

Mobilitas ke luar Sabu dimulai sejak saat kontrak antara Sabu dan Belanda ditandatangani tahun 1756. Telah ditetapkan bahwa Sabu wajib menyediakan tentara bagi Belanda demi kepentingan pertahanannya di Kupang. Tujuan utama tenaga bersenjata ini adalah untuk melancarkan ekspedisi militer seperti yang dilakukan oleh Von Pluskow sejak 1758 hingga 1761. Ketrampilan orang Sabu di bidang militer ini ditambah dengan keberanian mereka meluaskan keterlibatan mereka antar lain ekspedisi di tahun 1838 untuk menghentikan kebiasaan orang Ende menyerang Sumba demi mendapatkan budak. 

Emigrasi orang Sabu ke Sumba yang diawali oleh hubungan perkawinan antara Raja Melolo di Sumba Timur dan Raja Sabu di Habba kemudian berkembang menjadi perkampungan Sabu di Sumba Timur.
Beberapa kali wabah penyakit menyerang penduduk Sabu diantaranya cacar yang memakan korban jiwa di tahun 1869 membuat Sabu dan Raijua kehilangan hampir seperenam jumlah mereka, kolera di tahun 1874 dan berulang tahun 1888 yang membuat rakyat di kedua pulau Sabu dan Raijua berkurang sangat signifikan. Baru sekitar tahun 1925 penduduk Sabu mencapai jumlah semula. 


Kapten James Cook di Sabu

Hal menarik lainnya dari sejarah Sabu adalah bahwa ternyata Kapten James Cook, penemu Benua Australia, Kepulauan Hawai dan orang pertama yang mengelilingi serta membuat peta Selandia Baru, pernah singgah di Pulau Sabu. Dalam perjalanannya menuju Batavia pada tahun 1770, Kapal HM Bark Endeavour terdampar di Pulau Sabu akibat kehabisan perbekalan. Kapten James Cook mendapatkan bantuan logistik dari penguasa Sabu pada masa itu yaitu Raja Ama Doko Lomi Djara sehingga dapat berlayar kembali.

Otonomi daerah Sabu
Setelah otonomi daerah diberikan kepada pemerintahan provinsi (Undang-undang Otonomi Daerah tahun 1999), Raijua menjadi sebuah kecamatan. Pada pembentukan Kabupaten Sabu Raijua di tahun 2008, secara resmi kabupaten ini terbagi atas 6 kecamatan yakni Raijua, Sabu Barat, Hamu Mehara, Sabu Liae, Sabu Timur dan Sabu Tengah. Pada tahun 2008, Thobias Uly diangkat menjadi Penjabat Bupati dan pada 24 Januari 2011 Bupati pertama Kabupaten Sabu Raijua Ir. Marthen L. Dira Tome dengan wakilnya Drs. Nikodemus N. Rihi Heke mulai menjabat.


Jejak dan Peninggalan Majapahit di Sabu

Menurut (cerita rakyat) yang memberikan penghormatan terhadap Raja Majapahit sehingga muncul cerita bahwa Raja Majapahit dan istrinya pernah tinggal di Ketita di Pulau Raijua dan Pulau Sabu. 

  1. Ada kewajiban bagi setiap rumah tangga untuk memelihara babi yang setiap saat akan dikumpul untuk persembahan kepada Raja Majapahit. 
  2. Ada batu peringatan untuk Raja Majapahit yang disebut Wowadu Maja dan sebuah Sumur Maja di wilayah Daihuli dekat Ketita.
  3. Setiap 6 tahun sekali ada upacara yang diadakan oleh salah satu Udu di Raijua, Udu Nadega yang diberi julukan Ngelai yang menurut cerita adalah keturunan orang-orang Majapahit.
  4. Motif pada tenunan selimut orang Sabu yang bergambar Pura.
  5. Di Mesara ada desa yang bernama Tana Jawa yang penduduknya mempunyai profil seperti orang Jawa dan ada tempat di dekat pelabuhan Mesara yang disebut dengan Mulie yang diambil dari bahasa Jawa Mulih yang berarti pulang.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel