Perempuan Revolusi: Francesca Fanggidae, Wartawan Wanita Dari Rote, Orang Kepercayaan Bung Karno

 Francesca Fanggidae

Buku riwayat hidup Francesca ditulis oleh teman saya pak Hersri Setiawan yang juga adalah teman ibu Francesca dengan Judul "Perempuan Revolusi". Sayangnya nasib membawanya ke luar negeri sebagai eksil karena situasi politik di Indonesia.

Ia bersama banyak orang lain yang sedang bersekolah di Rusia dicekal pulang ke Indonesia setelah tahun 1965. Ia melanglangbuana di luar negeri dan akhirnya menetap di Belanda. Saat saya di Belanda saya berniat mewawancarainya namun tidak kesampaian. 




Francesca Fanggidae
Francesca sedang berpidato dalam suatu sesi sidang PBB





Foto di atas adalah ibu Francesca sedang berpidato dalam suatu sesi sidang PBB. Mungkin satu-satunya orang Rote yang pernah seperti ini. 
Francesca Fanggidae
Francesca Fanggidae sedang mendengarkan sementara Fidel Castro menelpon.



Siapa Francesca Fanggidae

Francesca adalah slah satu pelaku sejarah dan perempuan Rote yang hebat. Francesca Fanggidae Lahir di Noelmina dari seorang ibu bermarga Mael dan ayah seorang amtenaar Belanda. Kakeknya adalah penerjemah Injil Lukas ke dalam bahasa Rote. Tulisan kakeknya masih bisa di dapatkan di universitas Leiden. 


BACA JUGA: Peradaban Suku Helong: Alasan Suku Helong Banyak Tinggal Di Kupang Barat

Francesca Fanggidae Seorang Wartawan

Francesca adalah wartawan perempuan hebat dan salah satu orang kepercayaan Bung Karno. Kemungkinan orang yang ditelpon Castro adalah Bung Karno. saya pernah mendengarkan sendiri dari seorang tapol bagaimana pengaruh perempuan bertubuh mungil ini dalam tubuh gerakan kiri pada masa orde lama. Saya mendegarnya dari orang Jawa tapi diam-diam saya bangga dalam hati. 


Francesca Fanggidae Dan Reza Rahadian

Foto di atas, saya dapatkan dari postingan anaknya yang ada di Indonesia, yaitu ibu Marini Trakini pada saat ulang tahun beliau yang ke-92 pada tahun 2013. Anak dari ibu Trankini adalah ibu dari aktor Reza Rahadian yang biasa memerankan tokoh-tokoh nasionalis dalam film layar lebar. Betapa ironisnya hidup. Orang yang menjadi korban pertikaian politik, justru cucunya menjadi pemeran tokoh-tokoh nasionalis.
Sumber: Mathoes Voktor Mesakh 
n

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel