Kisah Maria Yumetri Omenu, Calon Guru Dicibir Tetangga Karena Pilih Jadi Petani
Dilansir dari mediatani.co, Maria Yumetri Omenu (29), wanita lulusan FKIP Program Studi Biologi Universitas Timor (Unimor) memilih untuk menekuni profesi petani tanaman hortikultura di Desa Unini Kecamatan Insana Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di Desa Unini, wanita yang akrab disapa Maria ini sukses menyulap lahan tidur dan tandus menjadi lahan produktif. Bermula dari lahan seluas 5 Are, kini Maria tengah mengelola lahan seluas 2 ha.
“Kami buka lahan pertama hanya 5 Are tapi gagal karena airnya kering. Jadi kami pindah lahan dengan menggunakan lahan orang tua,” tutur Maria sebagaimana dikutip dari laman Sariagri.
Di atas lahan tersebut, kini terlihat tanaman yang tumbuh subur seperti Tomat, Melon, Pitcae (Sawi putih), Brokoli, Labu, Cabai, Timun, sayur kol dan beberapa jenis sayuran lainnya.
Tekad Maria menjadi petani, diakuinya muncul setelah menyelesaikan pendidikan di FKIP biologi Tahun 2015 lalu. Kala itu, dirinya mencoba melamar pekerjaan di beberapa tempat namun tak juga ada yang menerima.
Namun Maria tak patah arang, dirinya menanamkan tekad dalam benaknya bahwa ia harus berusaha agar bisa mendapatkan penghasilan sendiri. Berkat kegigihannya pun kini Maria terpilih sebagai Duta Petani Milenial, satu dari 2000 petani muda yang dilantik Presiden Joko Widodo pada 6 Agustus 2021 yang lalu.
Maria mengakui, pada awal memulai usaha pertaniannya, dirinya menghadapi perjalanan yang tidak begitu mulus. Gagal panen dan cibiran dari warga sekitar bahkan keluarganya pun harus dihadapinya.
“Awal saya memutuskan untuk mengolah lahan pertanian, banyak orang yang mencibir termasuk keluarga juga tidak mendukung. Mereka menganggap saya kuliah sampai gelar sarjana, tapi pulang harus jadi petani lebih baik tidak usah kuliah,” tutur Maria mengenang peristiwa kala itu.
Maria mengungkapkan, mereka yang mencibir pilihannya itu menganggap bahwa petani adalah kerjaan yang kotor karena berurusan dengan tanah. Selain itu, ada juga anggapan bahwa petani hanyalah profesi yang berada di kelas paling bawah.
“Tapi dari kegagalan dan cibiran itu justru membangkitkan semangat saya. Saya mau merubah pola pikir mereka dan mau buktikan bahwa dengan jadi petani mengolah potensi dan peluang yang ada di daerah, kita juga bisa sukses. dan hal itu kini telah saya buktikan,” tegasnya.
Maria memilih jalan untuk bangkit dari tantangan tersebut. Bersama rekan-rekannya ia membentuk Komunitas Pemuda-Pemudi (KOMPPENI) Atmen.
Melalui komunitas tersebut, Maria menjadi peserta pelatihan pertanian organik yang diselenggarakan Yayasan PLAN Internasional, sebuah lembaga yang bergerak di bidang pertanian organik.
Maria mengikuti pelatihan selama 100 hari di Cianjur, Jawa Barat. Pengalaman dari pelatihan tersebut dibawanya pulang ke kampung halamannya di Kabupaten TTU.
Bersama rekan-rekannya ia pun berhasil meraup penghasilan dalam jumlah fantastis berkat upaya mereka mengolah lahan tidur yang gersang menjadi hamparan tanaman holtikultura.
Maria mengungkapkan bahwa tanaman holtikultura miliknya bisa dipanen empat kali dalam setahun. Dari hasil panen tersebut, dirinya bisa meraup keuntungan Rp30 Juta hingga Rp40 juta pertahun.
Saat ini, Maria menerapkan strategi pengelolaan lahan terjadwal. Dirinya menyusun jadwal menanam setiap komoditi di lahan seluas 2 ha agar bisa panen dan berpenghasilan setiap bulan.
Atas pencapaian keberhasilannya, saat ini banyak masyarakat di sekitarnya yang datang belajar padanya. Masyarakat pemuda, pelajar maupun mahasiswa yang mulai sadar akan pentingnya pertanian pun kini mau belajar bertani di areal pertanian yang dikelola Maria.
“Saya punya mimpi suatu Saat masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Utara, memanfaatkan potensi pertanian yang ada sehingga di Kabupaten TTU menjadi salah satu daerah pemasok hasil pertanian yang prospek penjualannya bukan saja di daerah tapi mampu ekspor keluar Negeri,” jelasnya.
Maria berharap agar generasi muda di Kabupaten TTU bisa bangkit dan terlibat dalam mengembangkan potensi daerah. Kabupaten TTU menurutnya adalah daerah yang kaya dan menunjang sektor pertanian.
“Tanah kita ini sebenarnya tanah subur, tanah kaya hanya kita saja yang tidak mau berusaha untuk mengembangkan. Saya berharap agar generasi muda melihat peluang ini. Jangan hanya berpikir sekolah untuk mengejar gelar untuk jadi pegawai kantoran, atau jadi PNS. Padahal jadi Petani kita juga bisa sukses,” tuturnya.
Gadis kelahiran tahun 1991 ini bertekad mengubah pola pikir para generasi muda di Kabupaten TTU khususnya yang berpandangan bahwa para petani adalah orang yang masuk dalam kategori kurang mampu.
Maria berharap, dalam waktu yang tak lama lagi, Kabupaten TTU bisa menjadi salah satu daerah produksi komoditi pertanian yang luar biasa.
“Supaya produk-produk pertanian kita bisa diekspor keluar Kabupaten, Provinsi maupun keluar Negara Indonesia. Karena banyak potensi yang ada di daerah kita yang belum kita kembangkan,” harapnya. Sumber: mediatani.co