Budaya Kenoto Di Sabu: Asal Mula Istilah Kenoto Sebagai Proses Perkawinan Adat Suku Sabu

 

adat kenoto di sabu raijua
Tampak Kenana dan Kelel'la sedang dipangkuan seorang ibu

Budaya Kenoto Di Sabu: Asal Mula Istilah Kenoto Sebagai Proses Perkawinan Adat Suku Sabu

KENOTO DALAM BUDAYA PINANGAN DI SABU RAIJUA



Pulau Sabu populer dengan sebutan Rai Hawu. Nama resmi dalam tata pemerintahan adaalah "Sabu". Orang Sabu sendiri menyebut diri mereka dengan sebutan "Do Hawu". Do artinya "Orang", Hawu artinya "Sabu". Jadi Do Hawu, sama dengan Orang Sabu.  


Secara historis, nama pulau Sabu, berasal dari nama "Hawu Ga (Kika Ga".  Yaitu, orang yang pertama kali menginjakkan kakinya di Rai Hawu. Dengan kata lain, Hawu Ga, adalah orang yang mula-mula tinggal di pulau Sabu.

Asal Mula Kata "Kenoto"

Kata kenoto, populer dengan sebuah tempat sirih pinang bagi orang Sabu. Istilah "Kenoto" adalah dari Bahasa Sabu asli yang artinya ialah tempat siri pinang yang terbuat dari daun lontar dan kususnya dipakai oleh kaum lelaki. Sedangkan tempat sirih pinang yang dipakai oleh wanita dinamai "Kepepe".

Selain itu, ada juga kenoto yang berbentuk lain. Yaitu yang terbuat dari kain ukuran kecil, yang dibuat seperti kantung yang mulutnya diikat setelah diisi sirih pinang. Besarnya bervariasi. Tetapi umumnya, isi kantung itu bisa menampung 1/2 sampai 1 Kg beras (maksimal). Adapun isi dalam kenoto itu biasanya, meliputi: sirih, pinang, tembako, kapur sirih. Kenoto ini dibuat sesederhana mungkin agar bisa dibawa ke mana-mana. Misalnya, acara nikahan, melayat, atau melakukan perjanalan ke tempat yang jauh. 

Istilah Kenoto Sebagai Budaya Lamaran atau Pinangan, juga Kenoto sebagai Prosesi Perkawinan Adat Di Sabu Raijua

Pada perkembangannya, Kenoto ini dijadikan sebagai istilah dalam prosesi lamaran bagi yang hendak menikah. Jadi, saat ini, kenoto lebih dikenal oleh masyarakat luas acara masuk minta atau pinangan. Sehingga, Kenoto adalah prosesi yang wajib dilakukan oleh pihak laki-laki dan perempuan yang sebelum melangsungkan pernikahan. 


Sebelum Acara Kenoto: Membangun kesepakatan antara kedua keluarga besar 

Sebelum masuk pada prosesi Kenoto, terlebih dahulu telah terjadi kesepakatan antar kedua pihak, terutama dari pihak laki-laki, tentang "Belis" (red: mahar"" atau materi apa saja yang harus kita "ikat" dan kita "buka" dalam tikar adat nanti. Begitu biasa disebutkan oleh orang SabuIni adalah pertemuan pertama antara keluarga laki-laki dan perempuan atau juga sering disebut dengan, "Pertemuan perkenalan" atau dalam bahasa sabu, "Petada An'ni". Dalam pertemuan itu, biasanya, kedua keluarga saling memperkenalkan diri dengan semua keluarga inti dari masing-masing pihak. 


Pertemuan untuk Kesepakatan apa Saja yang akan Menjadi ihi (isi) Kenoto

Pertemuan ini adalah kesepakatan mengenai apa saja yang harus dibawa oleh pihak laki-laki di acara prosesi kenoto nanti. Bisanya, barang-barang di bawah ini yang harus di bawa pada saat acara prosesi kenoto atau Pinangan

Ihi Kenoto Kategori Pakaian dan hiasan:


  1. Ai/ei atau sarung Tenunan adat Sabu. Motif sarung ini, sesuai udu-kerogo ana wobanni (mempelai wanita) /sesuai udu (suku) - kerogo mempelai wanita dengan berpatokan pada "Hubi Ae atau Hubi Iki" (Istilah untuk garis keturunan ibu dari mempelai wanita). Jadi, motif pada sarung, harus sesuai dengan Hubi tadi. Sarunng itu, sebagai penghargaan bagi pihak perempuan, sekaligus sebagai harga diri dari pihak laki-laki. Jadi, biasanya, kalau mempelai perempuan ada keturunan Idarah biru, maka motifnya dan bahan sarung harus yang terbaik.
  2. Teru'u Ma La atau Cincin Emas. Harus polos tanpa ukiran, berat sesuai kemampuan pria. Yang ini bentuknya biasanya ada dengan Kalung Emas juga. (INGAT! Ini hanya seremonial adat, tidak serta merta dituntut, kalau ada bisa di kalungkan, kalau tidak, tak mengapa).
  3. Anting. Model, jenisnya dan berat terserah pihak pria, biasanya anting berjenis giwang.
  4. Keb'bae atau Kebaya.  Ini bebas saja, karena motif tak bermasalah.
  5. Nalehu atau Sapu Tangan. Semua atribut kewanitaan (kususnya perangkat dalamnya).

Ihi Kenoto Kategori Sirih Pinang:

Selain itu, ada pula materi lain yang wajib disiapkan antara lain:
  1. KENANA WOPAGA (Sirih yang di keringkan) dengan bentuk seperti di"sate" dan di upayakan sirih ini berbentuk lingkaran seukuran isi luasnya dalam saku (kantong) tepung terigu segitiga biru, kira-kira dimeter lingkaran 30 cm.
  2. KENANA WO MURI (sirih hijau/ sirih yang masih segar), 1/8 saku terigu.
  3. KELAL'LA WOHAD'A / KELAL'LA WOKOMA (pinang kering yang sudah diiris-iris), dengan volume 1/2 saku terigu.
  4. KELAL'LA WOMURI / KELAL'LA WOBOLO (buah pinang utuh) kira-kira 1/8 saku terigu.
  5. ROU KENANA (Daun sirih). Kelima Simbol Ihi Kenoto ini disebut dengan Sirih Pinang.
  6. RO NA'I (tembako yang sudah diiris dan dikeringkan).
Keenam Material yang disebut dengan ihi kenoto (isi kenoto) itu, disingkat dengan istilah "Sirih Pinang". 



Jika semua sudah siap, maka kedua "Mone Ub'ba (Juru Bicara)" dari pihak laki-laki dan perempuan, kapan akan Prosesi / acara Kenoto (Prosesi lamaran) sesuai dengan kesepakatan seperti di atas.

Awal Mula Ihi Kenoto Bukan diisi dalam Dulang


Adapuan cara Membawa semua barang-barang di atas adalah sebagai berikut:

Dimasukan dalam saku terigu dengan susunan (dari bawah). (namun, zaman sekarang, ihi kenoto sudah tidak lagi dalam saku terigu, tetapi dalam dulang).
  1. Kele'la wohada
  2. Kele'la womuri
  3. Kenana womuri
  4. Kenana wopaga/lingkaran Sirih Kering
  5. "Daun Sirih" di bagian atas". Lalu mulut saku terigu itu diikat dengan "Kalung Emas (kalau ada)". 
  6. Sementara barang-barang yang di kategori pakaian dan hiasan, bisa diisi di wadah yang lain seperti saku terigu, dan sejenisnya.

Prosesi Kenoto Sebagai Nikah Adat di Sabu

Kesemuanya itu, dibawa oleh pihak keluarga mempelai laki-laki pada hari proses kenoto. Mempelai pria dan Keluarga bersama jubir yang disebut dengan "Mone Ub'ba" datang ke rumah mempelai perempuan, dan disambut oleh Mone ub'ba dari pihak perempuan. Mereka duduk di atas tikar dan mone ub'ba mempelai pria menyampaikan niat hati mereka datang kepada keluarga pihak perempuan.

Usai semua pembicaraan di gelar di tikar adat tersebut, maka calon mempelai wanita dipersilahkan keluar dari dalam rumah atau turunkan dari Kelaga (balai-balai: karena rumah di Sabu adalah rumah panggung).  lalu mempelai pria sematkan Cincin Nikah Adat, dan resmilah kedua mempelai sebagai suami isteri versi adat Do Hawu, dan menandatangani surat nikah adat dari desa/lurah setempat)

Mempelai Wanita Dibawa Ke Rumah Mempelai Pria

Setelah proses kenoto, acara lanjutannya adalah ramah tamah atau makan bersama. Termasuk makan sirih pinang yang dibawa oleh mempelai pria tadi. Setelah itu, mempelai wanita dibawa oleh mempelai pria tanpa membawa apapun selain pakaian di badan. Dan mempelai wanita tidak boleh melihat ke belakang setelah keluar dari tiris rumah. Tiga hari kemudian, baru mempelai wanita pergi ke rumahnya untuk membawa pakainnya yang disebut dengan "Hegutu Kad'du. Dimana si wanita yagn ditemani orangtua laki-laki, datang dengan membawa sirih pinang yang disimpan di dalam "lipatan sarung" (disebut: Kad'du) yang dipakainyaSesampai di rumah, langsung tumpahkan semua sirih pinang itu dalam satu wadah yang sudah disiapkan oleh keluarga.



Kontributor: Ely Goro Leba
Sumber: Disesuaikan dari Tulisan Martin Richard Ronald Takalapeta


_______________
Artikel  ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu kami untuk mengembangkan atau merevisinya. Silahkan tinggalkan komentar yang membangun di kolom komentar atau Hubungi kami.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel